Oleh Katsuhiro Asagiri
Astana/Tokyo INPS Japan – Dalam pertunjukan budaya dan tradisi yang semarak, Kazakstan baru-baru ini menjadi tuan rumah World Nomad Games ke-5 di Astana, memperingati spirit abadi warisan nomaden dengan latar belakang modernitas dan globalisasi. Ajang yang diselenggarakan setiap dua tahun ini, yang menarik para pesaing dan penonton dari seluruh dunia, tidak hanya menjadi ajang untuk memamerkan olahraga tradisional, tetapi juga sebagai pengingat yang menyentuh hati akan resiliensi budaya yang hampir punah di bawah kekuasaan Soviet.
Pertandingan yang diselenggarakan pada tanggal 8 -13 September ini menampilkan berbagai kegiatan yang mengingatkan kembali gaya hidup masyarakat nomaden yang menjelajahi stepa luas di Asia Tengah. Dari gulat kuda sampai memanah, setiap kompetisi mencerminkan keterampilan leluhur yang terasah selama berabad-abad. Kendati demikian, bagi kebanyakan peserta dan pengunjung, makna penting pertandingan ini lebih dari sekadar atletisme. Mereka mewujudkan upaya untuk merebut kembali identitas yang telah lama ditaklukkan.
Selama kebijakan kolektivisasi Joseph Stalin pada tahun 1930-an diberlakukan, gaya hidup nomaden berhasil dihapuskan. Seluruh masyarakat terusir saat rezim Soviet berupaya memaksakan model pertanian pada penduduk yang hidup sebagai penggembala. Transformasi brutal ini menyebabkan terkikisnya praktik tradisional dan hilangnya nyawa dalam jumlah yang sangat besar. Luka akibat genosida budaya ini sangatlah mendalam, dan selama beberapa dekade, corak budaya nomaden yang semarak nyaris tak terdengar.
Namun, pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991 menandai titik balik bagi Kazakstan dan negara-negara lain yang baru merdeka. Setelah merdeka, ada upaya bersama untuk menghidupkan kembali dan merayakan tradisi nomaden, mengubah bencana sejarah menjadi wadah bagi pembangunan yang positif. Bagi Kazakstan, kebangkitan ini telah menjadi pilar utama identitas nasional, cara untuk terhubung kembali dengan sejarah berharga yang lebih dulu ada sebelum terjadinya penjajahan.
World Nomad Games merupakan lambang kebangkitan budaya ini. Sejak diselenggarakan pada tahun 2014, Pertandingan ini telah menarik peserta dari 80 negara lebih, sehingga menumbuhkan rasa persahabatan di antara mereka yang memiliki warisan nomaden. “Ini bukan sekadar kompetisi; ini adalah perayaan asal-usul kami,” ujar Madiyar Aiyp, seorang pengusaha TI bangsa Kazak dan mantan pejabat Kementerian Perindustrian. “Kami menunjukkan kepada dunia siapa kami.”
Kemampuan Kazakstan untuk mengubah tantangan historisnya menjadi peluang terbukti tidak hanya dalam kebangkitan budaya nomadennya tetapi juga dalam diplomasi multivektornya. Negara ini telah menjadi tuan rumah acara-acara penting seperti Congress of Leaders of World and Traditional Religions, menekankan komitmennya untuk mempromosikan dialog dan toleransi di antara 130 kelompok etnisnya. Keberagaman ini berakar pada warisan penganiayaan etnis dan politik di bawah kekuasaan Stalin, namun Kazakstan yang baru merdeka menjamin kesetaraan bagi semua warga negara, apa pun latar belakangnya.
Kepemimpinan Kazakstan tidak hanya terbatas pada diplomasi budaya, tetapi juga telah mengambil langkah maju dalam pelucutan senjata global. Lokasi uji coba nuklir Semipalatinsk, yang pernah menjadi latar belakang 456 percobaan nuklir yang dilakukan antara tahun 1949 dan 1989, ditutup oleh Kazakstan yang telah merdeka, yang menghapuskan seluruh persenjataan nuklirnya. Langkah berani ini mengubah negara tersebut dari pemilik kekuatan nuklir terbesar ke-4 menjadi pendukung setia dunia bebas nuklir. Penutupan Semipalatinsk diakui oleh PBB sebagai momen krusial dalam perang melawan uji coba nuklir.
Saat Pertandingan berakhir, suasananya dipenuhi rasa sukacita dan bangga, bukti budaya yang tidak akan pernah punah. Spirit nomaden, tangguh dan mudah beradaptasi, dijalin kembali ke dalam jati diri bangsa Kazak. Di Astana, saat para pesaing memberikan penghormatan terakhir, terlihat jelas bahwa masa lalu dan masa kini saling terkait, membentuk masa depan yang menjunjung tinggi warisan dan inovasi.
Kazakstan menjadi teladan dalam mengubah bencana sejarah menjadi platform untuk perubahan yang positif, mendorong perdamaian dan kerja sama di panggung global. World Nomad Games tidak hanya menjadi pengingat nyata akan pentingnya akar budaya, tetapi juga sebagai penegasan bahwa masyarakat multietnis dan multiagama dapat berkembang melalui dialog dan pemahaman. Dengan merangkul masa lalunya, Kazakstan mendefinisikan ulang tempatnya di dunia, membuktikan bahwa cara hidup nomaden bukanlah peninggalan masa lalu, melainkan bagian yang akan terus hidup dari identitas nasionalnya dan aspirasinya untuk masa depan.
INPS Japan
Filmed and Edited by Katsuhiro Asagiri, President and Multimedia Director of INPS Japan.